Pisah Jalan dari JP Group

30

Radar Sulteng Mulai Babak Baru

Hari ini, Harian Umum Radar Sulteng memulai babak baru. Setelah bersama dengan Jawa Pos Grup selama 24 tahun, kini saatnya kami pisah jalan. Radar Sulteng terbit dengan manajemen baru. Sementara Jawa Pos Grup harus mengganti nama medianya.

Pergantian nama merupakan konsekuensi hak eksklusif yang kami miliki atas merek Harian Radar Sulteng berdasarkan sertifikat merek nomor: IDM000854616 yang diterbitkan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual a.n. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Keputusan untuk pisah jalan telah kami pertimbangkan dengan sangat matang. Di tengah disrupsi media konvensional seperti sekarang Radar Sulteng harus tetap eksis. Ini bukan lagi sekadar kalkulasi bisnis. Ini adalah panggilan profesi. Radar Sulteng adalah sebuah karya anak daerah, yang akan terus berkontribusi bagi perkembangan dan kemajuan negeri.

Kami hadir menjalankan fungsi kontrol sosial, mendidik publik, dan menjaga integritas jurnalisme daerah. Ini bukan soal laba semata tapi dedikasi dan kehormatan. Harian Radar Sulteng yang ada di tangan pembaca saat ini adalah ikhtiar dan pilihan sadar kami untuk tetap eksis menapaki roda sejarah yang terus berputar.

Media yang dikenal dengan tagline “Medianya Orang Cerdas” ini punya riwayat panjang. Di awal reformasi, kami terbit di bawah bendera Suara Rakyat, penerbit Harian Mercusuar—koran tertua dan terbesar di Sulawesi Tengah. Oktober 2001, Harian Radar Sulteng resmi bergabung dengan Jawa Pos Group.

Selama masa keemasan, kami membangun Graha Pena—kantor media paling mentereng di Sulawesi Tengah, lengkap dengan percetakan berteknologi tinggi. Semua dicapai bukan karena warisan atau pemberian tapi kerja keras tim yang solid.
Di masa itu, media cetak seperti tambang emas. Reformasi melahirkan lebih dari 1.600 penerbit, naik drastis dari hanya 200-an di era orde baru. Percetakan bermunculan, oplah melonjak, iklan mengalir deras. Tapi itu dulu.

Kini, masa jaya telah lewat. Ekonomi lesu, kebijakan berubah, teknologi digital menyerbu. Oplah jatuh. Iklan sepi. Halaman menyusut. Banyak media gulung tikar. Dari ribuan penerbit, kini hanya tersisa sekitar 300. Mesin cetak miliaran berubah jadi besi tua. Selama delapan tahun terakhir, bisnis media cetak terus menukik. Yang tersisa hanyalah pembaca setia dan pelanggan fanatik.

Meski begitu, kami tetap terbit. Per hari ini, Radar Sulteng berkantor di Graha Kabar 68, Jalan Soekarno-Hatta, Layana-Tondo. Dari kantor baru ini, kami akan menghadirkan berita-berita yang menginspirasi publik. Dari tempat ini pula, kami berkomitmen tetap menjaga karya jurnalis ini hingga perjalanan waktu berikutnya.

Gedung Graha Pena yang ada di Jalan Yos Sudarso beserta seluruh asetnya, masih tetap menjadi milik bersama antara kami dan Jawa Pos, selaku pemegang saham. Sejak tahun lalu, aset itu sudah kami ajukan untuk dijual dan sudah ditawarkan kepada beberapa calon pembeli. Hasilnya akan digunakan melunasi pesangon karyawan, utang perusahaan, dan dibagikan kepada para pemegang saham. Semoga aset yang ada cepat terjual, agar urusan hutang piutang tuntas.

Salam sehat dan sukses untuk semua
Kamil Badrun AR

Tinggalkan Komentar