Meraut Keluh Kesah dan Menciptakan Harmonisasi dalam Perkumpulan Keluarga Indonesia Buol di Rantau

88
MAJELIS TINGGI : Sekretaris Majelis Tinggi Adnan M. Baralemba (kiri), bersama salah seorang angggota Majelis Tingggi PB.IKIB Rosna Dawaraji, di kegiatan pelantikan dan pengukuhan Majelis Tinggi dan Pengurus PB.IKIB periode 2025-2030.(FOTO : ISTIMEWA/KABAR68).

Oleh Adnan M. Baralemba *)

SOSOK Adnan M. Baralemba adalah salah satu anak lahir di Desa Baturata, Kecamatan Paleleh dan sekarang beliau sebagai Ketua Pendiri Perkumpulan Keluarga Paleleh-Paleleh Barat disingkat PKP-PB, memiliki pandangan luar biasa. Beliau menyatakan bahwa kita orang buol ini, memang keras. Makanya ada semacam mitos orang tua kita dulu “Doo Meyumandapo Botu Moitomo uma, dondo Wvuoyo maa momaju”.

Adnan M. Baralemba yang bertugas 11 tahun di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta sebagai Widyaiswara ini berpandangan bahwa mitos tersebut sebanarnya adalah sebuah filosofi motivasi bagi kita generasi warga Buol. Alasannya bahwa dalam konfigurasi nilai (Sosial-Kultural-Psikologis) dinyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat empat komponen penting, yaitu 1).Pikir, 2). Hati, 3).Rasa, dan 4). Raga.

Setiap komponen tersebut terdapat potensi kekuatan yakni: pada komponen pikir terdapat potensi cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif; Pada komponen Hati, terdapat potensi beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; pada komponen rasa terdapat potensi ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Serta pada komponen raga terdapat potensi bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih. Bagi manusia normal pasti tidak akan menyangkal konfigurasi nilai tersebut.

Dalam menjalankan fungsinya, IKIB sebagai organisasi induk bagi warga Buol di rantau, saya harap memiliki etika organisasi yang nantinya dijadikan acuan dalam merumuskan kode etik organisasi oleh setiap organisasi warga buol yang ada di rantau, antara lain: termasuk organisasi lainnya yang dibentuk oleh warga Buol antara lain Perkumpulan Keluarga Paleleh-Paleleh Barat (PKP-PB), Kerukunan Bokat-Bukal, Kerukunan Bunobogu dan KKBI.
Etika dimaksud berupa nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dan ini merupakan modal dalan upaya mopo teetu pi’ilo dan mopo teetu kokambango a lripuno tau.

Semoga dengan kehadiran Induk Keluarga Indonesia Buol yang disingkat IKIB tidak lagi menjadi satu polemik yang harus diperdebatkan, karena mengikuti
regulasi yang ada dalam rangka upaya memperoleh legalitas formal organisasi. Diila mosayango kito terhadap IKIB ini sehingga kowvu teetu kata nigandian dalam rangka upaya pemenuhan syarat guna memperoleh legalitas formal, nalri nokobungoyo kunato sesama warga buol di rantau. Demikian Adnan mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Saya sangat bahagia dan teringat kampung halamanku saat melantungkan lagu “Wvuoyo Lripu Koponuku pada saat Pelantikan dan Pengukuhan IKIB, ujar
Adnan dan diakhir beliau mengatakan “Sukses Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus IKIB Periode 2025-2030” Duunon Kito Mopo teetu kokambango alripu tau.”

*) Penulis adalah Sekretaris Majelis Tinggi PB. IKIB periode 2025-2030.

Tinggalkan Komentar