PALU – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah, mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, maupun Provinsi Sulteng, untuk segera melakukan uji kualitas air sungai yang mengalir di Kota Palu, khususnya dari kawasan tambang Poboya.
Kampanyer WALHI Sulteng, Wandi menegaskan, masih ada dugaan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam aktivitas pertambangan di wilayah tersebut.
Jika benar, dirinya khawatir sungai-sungai di Palu sudah tercemar dan tidak lagi layak dikonsumsi.
“Kalau dugaan penggunaan merkuri ini masih terjadi, maka kami khawatir sungai-sungai yang mengalir di Palu telah tercemari dan airnya tidak layak lagi untuk dikonsumsi,” kata Wandi saat ditemui di Palu, Rabu malam (20/8/2025).
Wandi mengatakan, kurangnya transparansi dari pemerintah daerah terkait pemantauan kualitas air. Menurutnya, DLH tidak pernah mempublikasikan hasil pemantauan, baik dari tambang rakyat maupun dari aktivitas PT Citra Palu Minerals (CPM).
“Sejauh ini belum ada transparansi terbuka yang dilakukan DLH Kota maupun DLH Provinsi soal bagaimana pemantauan kualitas air di Palu. Kami menduga mereka hanya menyampaikan hal-hal yang baik, sementara potensi pencemaran air tidak pernah dipublikasikan,” ujarnya.
Wandi menegaskan, masyarakat berhak mengetahui kondisi sebenarnya. Ia menuntut DLH untuk segera melakukan uji laboratorium terhadap air sungai di sekitaran Poboya dan mengumumkan hasilnya tanpa ditutup-tutupi.
“DLH harus segera melakukan uji kualitas air dan menyampaikan hasilnya secara benar kepada publik. Apapun temuannya, jangan ada yang disembunyikan,” tegasnya.
Ia menambahkan, WALHI Sulteng akan segera menyampaikan desakan resmi kepada DLH agar langkah ini bisa segera dilakukan.
“Ini kesempatan kami untuk mendesak DLH Kota maupun Provinsi. Jangan sampai masyarakat terus-menerus menggunakan air yang berpotensi sudah terkontaminasi bahan kimia berbahaya,” kata Wandi.(nas)