Kabar68.Palu – Warga RW 03 Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi, mengeluhkan parahnya debu yang ditimbulkan oleh aktivitas tujuh perusahaan tambang batuan di kawasan Watusampu. Debu tersebut diduga berasal dari kegiatan bongkar muat di jetty serta lalu lintas truk pengangkut material tambang yang melintas setiap hari.
Saat menyambangi rumah salah seorang warga, kondisi paparan debu tampak sangat parah. Daun-daun pohon di sekitar rumah tertutup lapisan debu tebal, dinding rumah dipenuhi debu yang menempel, bahkan selama sesi wawancara, tim Radar Sulteng beberapa kali terbatuk akibat debu yang terus bertebangan di udara.
“Kami ini tiap hari sudah hirup debu, kasian anak kecil dan orang tua,” ungkap salah seorang warga saat ditemui Radar Sulteng, Kamis (23/10/2025).
Ia mengaku, akibat debu yang bertebaran, banyak warga mengalami gangguan kesehatan seperti batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
“Hampir tiap minggu, pasti ada saja orang yang batuk-batuk,” ujarnya.
Warga lainnya menuturkan, debu bahkan masuk hingga ke dalam rumah mereka melalui celah ventilasi.
“Biar habis disapu, badebu ulang lagi. Kalau mau makan, tutup tudung saji itu pasti badebu juga,” keluhnya.
Mereka berharap pemerintah maupun perusahaan mengambil langkah konkret untuk menekan dampak polusi tersebut. Salah satu usulan warga adalah penyemprotan rutin di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan tambang.
“Di bahu jalan ini sebenarnya semen semua, tapi tertutup debu. Maunya kami disemprot semua minimal dua kali sehari, bukan hanya disiram,” kata seorang warga lainnya.
Menurut warga RW 03, kondisi ini sudah berlangsung hampir sembilan tahun tanpa ada kompensasi atau perhatian serius dari pihak perusahaan.
“Mungkin perusahaan punya program bantuan, tapi lurah atau lembaga pemberdayaan mungkin tidak teruskan ke kami,” ujar warga lain.
Ia menambahkan, warga lingkar tambang yang sakit harus menanggung biaya pengobatan sendiri karena tidak ada jaminan kesehatan dari pihak perusahaan.
“Kalau mau dibawa ke rumah sakit biayanya lumayan besar, apalagi kami rata-rata ekonomi lemah,” tuturnya.
Sehari sebelumnya, pada Rabu (22/10), sejumlah warga Watusampu melakukan aksi unjuk rasa dengan memblokade jalan perusahaan sebagai bentuk protes atas tidak adanya kejelasan penanganan dampak lingkungan. Aksi itu kemudian direspons langsung oleh Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, yang turun menemui warga di lokasi.
Usai dialog di tempat aksi, wali kota berjanji akan mengundang pihak terkait untuk mencari solusi bagi masyarakat terdampak. Namun, warga tetap pesimis.
“Sudah banyak kali dialog begini setahuku, tapi tidak pernah selesai soal debu ini,” kata salah seorang warga RW 03.
Masyarakat berharap, Pemerintah Kota Palu bisa memberikan jawaban atas masalah yang mereka rasakan sejak Sembilan tahun terakhir.
“Kami harap masalah debu ini cepat teratasi, kami juga warga Palu, kami berhak untuk didengarkan dan diurus sama pemerintah,” pungkasnya.(NAS)






