Kabar68.Donggala – Memasuki musim angin utara dan angin barat, warga Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, mulai diliputi rasa was-was. Pasalnya, setiap tahun antara bulan November hingga Maret, gelombang besar kerap menerjang pesisir perkampungan mereka dan mengikis daratan sedikit demi sedikit.
Arsyid, salah satu warga Lembasada, mengaku bahwa setiap kali angin kencang datang, warga hanya bisa pasrah menghadapi ancaman banjir rob yang sewaktu-waktu dapat merendam rumah mereka.
“Kalau sudah masuk musim angin utara dan barat, kami mulai gelisah. Air laut sering meluap sampai ke rumah warga, bahkan ke jalan Trans Sulawesi. Setiap tahun selalu begitu,” ujar Arsyid dengan nada cemas.
Kondisi pesisir pantai di Desa Lembasada memang tampak memprihatinkan. Tidak adanya pemecah ombak membuat gelombang laut dengan mudah menghantam daratan. Beberapa rumah warga mengalami kerusakan parah, bahkan sebagian telah rata akibat terkikis abrasi.
Akibat terjangan ombak, air laut tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga meluber hingga ke jalan utama lintas provinsi yang menghubungkan Donggala dan Palu. Kondisi ini membuat aktivitas warga terganggu, terutama pada malam hari saat air pasang mencapai puncaknya.
Menyikapi hal itu, warga Lembasada berharap pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten Donggala segera turun tangan. Mereka mendesak agar dibangun pemecah ombak dan tanggul penahan air laut demi melindungi permukiman dari ancaman abrasi dan banjir rob yang terus berulang setiap tahun.
“Kalau sudah ada tanggul atau pemecah ombak, kami bisa tenang. Rumah tidak lagi terancam, dan banjir rob tidak jadi masalah besar,” harap Arsyid.
Kini, harapan warga hanya tertuju pada perhatian pemerintah agar bencana tahunan itu tak lagi menjadi ketakutan setiap kali musim angin tiba.(BY)
