back to top
Selasa, 30 Desember 2025
BerandaPALUKota Palu Alami Deflasi 0,08% pada Oktober 2025

Kota Palu Alami Deflasi 0,08% pada Oktober 2025

Kabar68.Palu – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu mencatat kota ini mengalami deflasi sebesar 0,08 persen pada Oktober 2025, dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month). Deflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan harga sejumlah komoditas pangan, seperti beras, ikan selar (atau ikan tude), dan tomat.

Kepala BPS Kota Palu, Agus Santoso, menyampaikan bahwa secara akumulatif tahunan (year-to-date), yaitu Oktober 2025 terhadap Desember 2024, Kota Palu masih mencatat inflasi sebesar 2,87 persen. Sementara itu, secara tahunan(year-on-year), yaitu Oktober 2025 terhadap Oktober 2024, tercatat inflasi sebesar 3,08 persen.

“Kota Palu mengalami deflasi 0,08 persen pada Oktober ini. Komoditas utama penyumbang deflasi adalah beras, ikan tude, dan tomat,” kata Agus Santoso dalam pemaparannya, Senin (3/11/2025).

Menurut Agus, dari 379 komoditas pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Palu, terdapat 68 komoditas yang mengalami kenaikan harga, di mana 60,29 persen di antaranya adalah bahan pangan. Sementara itu, 63 komoditas lainnya mengalami penurunan harga, dengan sebagian besar merupakan komoditas pangan, seperti ikan dan sayuran.

“Komoditas pangan memang sangat berpengaruh terhadap pergerakan inflasi di Kota Palu. Ketika pasokan beras, ikan, dan sayur melimpah, biasanya kita mengalami deflasi seperti bulan ini,” jelas Agus.

BPS juga mencatat bahwa secara nasional, IHK pada Oktober 2025 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen dibandingkan September 2025 (month-to-month), dengan tingkat inflasi tahunan mencapai 2,86 persen. Untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,05 persen, sementara inflasi tahunan mencapai 3,92 persen.

Selain Kota Palu, BPS juga melakukan pemantauan inflasi di sejumlah wilayah lain di Sulawesi Tengah, seperti Kabupaten Tolitoli, Kota Luwuk, dan Kabupaten Morowali.

Agus menambahkan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi di Kota Palu pada Oktober adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,83 persen, diikuti penyediaan makanan dan minuman/restoransebesar 0,09 persen, serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,12 persen.

Sementara itu, kelompok yang mengalami deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,56 persen, disusul kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,54 persen.

  • Penyumbang Deflasi Tertinggi:
    1. Beras: 0,16 persen
    2. Ikan tude: 0,13 persen
    3. Angkutan udara: 0,07 persen
    4. Tomat: 0,04 persen
    5. Jagung manis: 0,03 persen
  • Penyumbang Inflasi Tertinggi:
    1. Emas perhiasan: 0,33 persen
    2. Telur ayam ras: 0,02 persen
    3. Bahan bakar rumah tangga: 0,02 persen

“Harga emas perhiasan naik cukup signifikan, mengikuti tren kenaikan harga emas dunia yang masih berlangsung hingga Oktober ini,” ujar Agus.

Dalam konteks nasional, BPS juga mencatat beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan inflasi pada bulan Oktober, di antaranya meningkatnya permintaan telur ayam ras akibat pelaksanaan program MDG, serta meningkatnya produksi bawang merah berdasarkan sistem peringatan dini (Early Warning System – EWS) Kementerian Pertanian.

“Catatan penting bulan ini, tren kenaikan harga emas dunia masih berlanjut, sementara produksi bawang merah nasional meningkat. Dua hal ini turut memengaruhi dinamika harga di daerah,” pungkas Agus.(*/NAS

BERITA TERKAIT >

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

BERITA TERKINI >

Bupati Bantah Proyek Jalan Donggala Amburadul

0
Soal Proyek Jalan di Donggala, Bupati Tegaskan Tender Sudah Terbuka Donggala — Bupati Donggala Vera E. Laruni membantah proyek peningkatan jalan dan trotoar di dalam...

TERPOPULER >