Kabar68.Donggala – Tujuh tahun sudah berlalu sejak banjir bandang meluluhlantakkan jembatan penghubung antara Dusun II dan Dusun III Sintilu, Desa Lumbumamara, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Namun hingga kini, jembatan sepanjang 15 meter dengan lebar 4 meter itu belum juga tersentuh perbaikan.
Kerusakan jembatan itu membuat ratusan warga di Dusun Sintilu harus menyeberangi sungai untuk beraktivitas. Saat musim kemarau, jalur itu masih bisa dilalui. Namun ketika hujan mengguyur lebih dari dua jam, arus sungai berubah deras dan dalam, memutus akses warga ke dusun tersebut. Akibatnya, masyarakat di sana seolah terisolasi di tengah desanya sendiri.
“Sungai ini satu-satunya jalan. Kalau hujan deras, kami tidak bisa lewat. Pernah juga ada warga sakit, tapi kami kesulitan membawanya ke rumah sakit karena air sungai meluap,” ujar Umar L, seorang petani yang memiliki kebun di wilayah itu, kepada wartawan, minggu (12/10/2025).
Umar menuturkan, jembatan itu menjadi urat nadi ekonomi bagi 121 kepala keluarga atau sekitar 408 jiwa yang tinggal di Dusun Sintilu. Selain warga setempat, masyarakat Desa Lumbumamara dan desa sekitar juga kerap melintasi jembatan itu untuk menuju kebun atau mengangkut hasil panen.
“Kerusakan jembatan ini sangat menghambat aktivitas ekonomi kami. Kami tidak menuntut bantuan uang dari pemerintah, kami hanya ingin infrastruktur ini diperbaiki,” harap Umar.
Masyarakat pun menanti langkah nyata dari pemerintah kabupaten maupun provinsi untuk membangun kembali jembatan tersebut — bukan sekadar janji dalam rapat dan wacana musrenbang. Sebab bagi warga Lumbumamara, jembatan itu bukan sekadar beton dan besi, melainkan nadi kehidupan yang menghubungkan harapan dan kesejahteraan.(BY)
